Tokoh : Muhammad Arifin Ilham

Ikon Zikir Berjamaah

Muhammad Arifin Ilham, ustadz muda kelahiran Banjarmasin 8 Juni 1969, terkenal dengan tausiyah zikirnya. Saat ia memperkenalkan zikir berjamaah di masjidnya sekitar 1997, jumlah pesertanya hanya dua-tiga orang saja. Namun, ia tak berputus asa, terus berupaya meyakinkan para jamaah, bahwa zikir berjamaah sangat besar faedahnya.

Ia memaparkan sebuah hadis, "Sesungguhnya kelompok yang berzikir kepada Allah memperoleh empat kebahagiaan. Yaitu, turunnya ketenteraman pada mereka, rahmat akan menaungi mereka, para malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di dekat-Nya."

Biasanya, selama dua jam, ribuan jamaah Majelis Zikir Az-Zikra pimpinan Arifin hanyut dan histeris dalam ritual zikir. Dalam majelis zikir yang begitu syahdu ini para pengusaha, artis, sutradara, karyawan, dan masyarakat dari berbagai profesi ikut hadir. Di tengah kekhusyukan berzikir, hampir pasti diiringi tetesan air mata. Bahkan banyak yang terisak-isak. Arifin sendiri terus menyeka air matanya yang mengalir dengan dua saputangan yang dibawanya. Itulah indahnya zikir berjamaah.

Namun, menurut Arifin, tangis bukan termasuk ritual zikir. Zikir pun, katanya, tidak juga sekadar duduk dan memanjatkan puja-puji kepada Allah SWT. ''Yang terpenting dari zikir adalah, di dalam hati harus selalu ingat dan merasakan kehadiran Allah SWT,'' jelas alumnus FISIP Universitas Nasional, Jakarta ini.

Dalam setiap kesempatan zikir, Arifin selalu mengingatkan para jamaah perlunya berzikir. "Karena begitu intensnya rasulullah Muhammad SAW menjalin ikatan dengan Allah melalui berzikir sehingga Muhammad pun diangkat derajatnya oleh Allah," tuturnya di sela tausiyah zikirnya.

Keterhubungan seorang Muslim dengan Allah melalui zikir, kelak menjadi sarana bagi bersihnya jiwa. Jiwa yang bersih akan menuntun seorang Muslim dalam jalan yang diridhai-Nya. Pikiran, hati, dan gerak tubuhnya akan selalu berada pada rel yang benar. Geliat nafsu dalam diri sedikit demi sedikit terkikis. Dan akhirnya, tak terbetik pikir, gerak dan ucapan yang dilambari hawa nafsu. ''Itulah puncak hidayah. Allah akan menetapkan dalam diri seorang Muslim ingatan yang selalu tertuju kepada-Nya. Dengan demikian, setiap langkah dan helaan nafasnya hanyalah rasa ingat dan cinta kepada penciptanya,'' ujar Arifin.

Arifin membagi zikir meliputi empat hal. Pertama, zikir hati dan senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua, zikir akal, yang berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam semesta. Ketiga, zikir lisan, yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari kata hati. Keempat, zikir amal yang merupakan aplikasi takwa.

Metode zikir yang diterapkannya juga dilandasi keinginan untuk mencintai Allah secara total dan rasa keprihatinannya terhadap keadaan umat Islam saat ini. Arifin prihatin melihat kenyataan umat yang sedang terpuruk, dizalimi, difitnah, dan ditindas. Anehnya, umat Islam yang mayoritas di Indonesia ternyata tak berdaya sama sekali untuk melawannya. "Saya sedih, para koruptor kakap bebas dari hukuman, sementara orang yang belum tentu bersalah sudah menerima hukuman berat," keluhnya.

Menurut dia, merenung memberikan hal positif bagi seseorang. Perenungan dan berzikir mencerahkan jiwa, sebab dalam perenungan seseorang dibawa untuk menelusuri dirinya dan apa yang telah ia lakukan. Apalagi kalau perenungan itu disertai dengan zikir, maka akan diperoleh pencerahan yang lebih baik dan keinsyafan untuk melakukan perbaikan diri.

Arifin menyimpulkan, zikir menyucikan dan membangkitkan spiritualitas seseorang. Kebangkitan ruhani ini akan memberikan dampak pada kebangkitan jasmaninya. Diri seseorang akan dipenuhi semangat untuk mewujudkan hal yang mulia. Energi positif seperti itu, menurutnya, lahir dari orang-orang yang selalu mengingat-Nya. Itu tak mengherankan sebab Allah SWT merupakan sumber dari segala kebaikan dan keindahan.

sumber : republika